HTML { scrollbar-face-color: #F8F9CD; scrollbar-base-color: #B5BA84; scrollbar-highlight-color: #FFFFFF; scrollbar-shadow-color: #B5BA84; scrollbar-arrow-color: #B5BA84; scrollbar-track-color: #B5BA84; scrollbar-3dlight-color: #B5BA84; scrollbar-darkshadow-color: #B5BA84; } body { margin: 0px; padding: 0px; background-color: #B5BA84; color: #000000; } a {color:#667443; font-weight:normal; text-decoration:none;} a:link {color:#667443; font-weight:normal; text-decoration:none;} a:visited {color:#667443; font-weight:normal; text-decoration:none;} a:hover {color:#C6480E; font-weight:normal; text-decoration:none;} .side a {color:#F9FAD0; font-weight:normal; text-decoration:none;} .side a:link {color:#F9FAD0; font-weight:normal; text-decoration:none;} .side a:visited {color:#F9FAD0; font-weight:normal; text-decoration:none;} .side a:hover {color:#C6480E; font-weight:normal; text-decoration:none;} .posted a {color:#C6480E; font-weight:normal; text-decoration:none;} .posted a:link {color:#C6480E; font-weight:normal; text-decoration:none;} .posted a:visited {color:#C6480E; font-weight:normal; text-decoration:none;} .posted a:hover {color:#B9BBB0; font-weight:normal; text-decoration:none;} blockquote { border: 1px solid #41AF00; background-color: #F1EDD0; margin-left: 1.5em; padding-left: 5px; padding-right: 5px; padding-bottom: 2px; padding-top: 2px; color: #B1637D; } p { padding: 3px; margin: 0px; } ul { font-family: arial, sans-serif; font-size: 11px; list-style: round; line-height: 140%; margin-top: 5px; margin-bottom: 5px; margin-left: 15px; } li { font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; margin-left: 0px; line-height: 140%; list-style: round; } ol { font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; margin-left: 0px; line-height: 140%; margin-left: 22px; } .table { background-image: url('http://img.photobucket.com/albums/v387/spiceisnice/bunda-contentbg.jpg'); background-repeat: repeat-y } td { vertical-align: top; } .content { font-family: verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; color: #000000; padding-right: 12px; width: 575px; } .sidetop { margin-bottom: -2px; margin-left: 55px; } .sidebtm { margin-top: -5px; margin-left: 55px; } .side { font-family: verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; color: #000000; padding-left: 15px; padding-right: 15px; text-align: left; line-height: 140%; margin-left: 55px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-top: 0px; background-image: url('http://img.photobucket.com/albums/v387/spiceisnice/bunda-side-bg.gif'); background-repeat: repeat-y; width: 230px; } .date { font-family: verdana, arial; font-size: 11px; color: #000000; font-weight: bold; padding:3px; margin-top:0px; text-align:center; } .title { font-family: Trebuchet MS, verdana, arial; font-size: 16px; color: #C6480E; font-weight: bold; margin-top:20px; text-align:left; } .title2 { font-family: Trebuchet MS, verdana, arial; font-size: 16px; color: #FFFFFF; font-weight: normal; margin-top:10px; text-align:center; margin-bottom: 10px; } .blogbody { font-family: verdana, arial, sans-serif; color:#000000; font-size:11px; font-weight:normal; text-align:left; line-height:140%; padding-left: 20px; padding-right: 40px; } .blogitem { font-family: verdana, arial, sans-serif; color:#000000; font-size:11px; font-weight:normal; text-align:left; line-height:140%; padding: 0px; margin-top: 10px; margin-bottom: 10px; } .posted { font-family:verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; color: #000000; margin-bottom:0px; padding-bottom: 75px; text-align: center; line-height:15px; font-weight: normal; border-top:1px solid #000000; margin-top: 10px; background-image: url('http://img.photobucket.com/albums/v387/spiceisnice/bunda-divider.gif'); background-position: center 50%; background-repeat: no-repeat; } .sidetitle { font-family:verdana, arial, sans-serif; color:#000; background-image: url('http://img.photobucket.com/albums/v387/spiceisnice/bunda-side-title.gif'); background-repeat: no-repeat; background-pisotion: left bottom; font-size:13px; font-weight:bold; line-height:14px; text-align:left; margin-bottom:5px; margin-top:0px; padding-left: 35px; padding-top: 10px; padding-bottom: 5px; } #menu { margin-bottom:15px; margin-top:15px; font-family:verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; color: #000; text-align:center; } #comments { font-family: Trebuchet MS,verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; color: #824856; font-weight: normal; background:transparent; margin-bottom:5px; margin-top:2px; padding: 5px; margin-left: 10px; text-align: center; } .comments-body { font-family: verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; color: #144E74; border: 1px solid #B5BA84; background-color: #F9FBCC; padding:5px 5px 5px 5px; line-height: 140%; margin-bottom: 5px; text-align: center; } .comments-post { font-family:verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height:15px; font-weight: normal; margin-top: 5px; padding-left:0px; padding-bottom: 3px; } input, checkbox, textarea, select { font-family: verdana, arial, sans-serif; color:#808370; text-align: left; margin-bottom: 2px; border:1px solid #808370; font-size:11px; font-weight: normal; background:#ffffff url('http://img.photobucket.com/albums/v387/spiceisnice/bunda-input.gif'); } form { margin-top:5px; margin-bottom:5px; padding: 5px; } .foot { margin-bottom: -2px; } A.menu { COLOR: #000000 } A.menu:hover { COLOR: #cc0000 } .profile-img { display: inline; } .profile-img img { float: left; margin: 0 10px 5px 0; padding: 3px; border: 1px solid #ebbdcc; }
|
|||
About Me
Bunda Zidan & Syifa Blog DapurBunda Blog PuisiBunda Previous Posts
Archives
Little Break
My Idol 2006
Little Chat
Credits
Design by :Community
|
Tuesday, May 02, 2006
Dari Mutoh*) ke Kenwood**)
Thread ini ada karena sebenarnya saya sering bingung menjawab pertanyaan2 berulang seperti ini,
"Dulu lulusan TataBoga mana, Mbak?" atau... "Sejak kapan senang masak? Dari kecil ya?" Dan sedikit banget yang percaya kalau saya baru-baru aja kenal dapur. Pasti mereka terheran2, malah ada yang maksa saya untuk ceritain dari awal banget gimana ceritanya sampe saya bisa jadi saya yang sekarang ini. Atau ada juga yang sengaja cari excuse untuk calon suaminya dengan tameng bahwa "Mbak Inong juga dulunya gak bisa masak lho, Mas.." Huahaha. Ada-ada aja. Tapi bener kok, bener banget. Saya emang dulunya gak pernah tau dan gak pernah mau belajar masak. Gimana nggak, karena masa2 remaja saya bener2 dimanfaatkan sebaik mungkin. Belajar dan bermain. Jauh-jauh dari dapur. Gak heran, Poppy, teman SMA saya, sempet ngebahas ini waktu kami lagi ngobrol di Y!M, Gw hueeeeraaaaaan, elo koq bisa2 nya jago masak, prasa'an dulu dikit dikit manggil pemboti, buatin ini itu (waktu sma lho), trus kenapa skrg bisa masak, jago pula... dipaksa Haris ya?Hahaha. Ada2 aja tuh si Poppy. Emang sih, jaman SMA mah boro2 masuk dapur. Lewat doang iye. Pantes aja deh pada heran. Dan yakin banget, pasti bukan cuma Poppy doang yang heran. Ya, Pop? Tapi daku kan tukang makan, tukang jajan, masak gak inget sih? Jadi masih ada dikit2 cikal bakalnya laaaah. Ya kan? Ya kan? Kalau soal si Ayah, hmmm.. dia orang yang gak pernah maksa2 aku untuk masak. Ditanya mau makan apa hari ini aja jawabnya pasti "Terserah Bunda aja." Pernah diembel2i, "Apa aja yang Bunda masak pasti Ayah makan." Tuh kan, gak ada tanda2 pemaksaan kan? Terutama kalau udah wiken, langsung deh daku dibebastugaskan dari kegiatan masak-memasak. Diganti jajan-berjajan. (Apa seh, bahasanya kok jelek banget?) Dan kalau aja ada reuni anak2 kost angkatanku dulu, pasti mereka akan terbengong2 menerima kenyataan bahwa daku yang sekarang bedaaaaaaa banget ama daku yang dulu. Inget banget betapa dulu si Levy bersusah payah mengajariku bikin Sayap Ayam Asam Manis yang biasa dia bikin untuk pacarnya kalau pas lagi ngapel. "Ah, susah ah! Elo aja deh yang masakin buat kita2, Vy!" Gitu keluhku, selalu. Sekali-kalinya masak 'gede' itupun dengan 'perjuangan dan cucuran airmata' (karena nggak ada temen kost yang mau bantuin dengan alasan aku harus berjuang sendiri kali ini) adalah waktu ngundang Mas-itu-tuh-ada-deeh makan malam di kost. Ehm, cerita lama nih. Jadi karena bosen delivery Pizza Hut, A&W, atau manggil tukang mie yang lewat, malam itu udah diniatin banget untuk masak demi si Mas-itu-tuh-ada-deeh. Alhamdulillah, first dinner malam itu dilalui dengan sukses. Hehehe. Gak nyangka ya, ternyata kalau di bawah tekanan yang berat itu kita bisa melakukan apa saja yang sebelumnya sama sekali nggak bisa kita lakuin. So, setelah hari itu jadi bisa masak nih? YA, NGGAK LAH! Hahaha. Sudahlah, cukup bermalam2 begadang di depan Mutohku tercinta daripada mesti nguplek di dapur. Panas, bau asep, perih bawang, de el el. Dan seperti biasa, kita delivery lagi aja yaaaah. Kasian kan tukang jualan kalau gak ada yang beli. Hihihi... Lalu? Lalu? Siapa sangka dua tahun setelah itu ada seorang pria yang melamar saya dan berniat memboyong saya ke negeri Paman Sam. *pingsan* Bukan, bukan karena dilamar orang tak dikenal. Tapi karena pergi jauh berarti jauh juga dari Mama, berarti saya mesti bisa masak. Masak? Oh, noooo! Apa yang akan terjadi ya? Siang malam menjelang hari H, saya bukan stress mikirin pernikahan. Tapi mikirin soal makan, soal masak, soal dapur. Apa jadinya calon suami saya itu kalau tahu calon istrinya gak pernah masuk dapur. Oh noooo.... 28 Januari 2000, lima hari setelah hari pernikahan. Untuk pertama kalinya Ibu Mertua saya menanyakan soal ini. Kalem tapi dalem. Sementara Mamaku nyengir2 kuda. Asli. Blio kan tau banget. Nyeplok telor aja nyuruh Ceu Min. Apalagi masak. Jauh jauh deeeh. Mungkin juga karena alasan ini maka Papa, yang juga tahu banget anaknya ini lebih demen nongkrong di kamar daripada di dapur, menghadiahi satu buku (eh itu buku ya? bukannya ganjel pintu? tebel amaaaaat!) yang judulnya "BUKU PINTAR MEMASAK". Aduuuh, ini buku apaa? Gak ada gambarnya. Cuma tulisaaaaaaan aja. Pleus berbagai macam kata yang belum pernah aku tahu bentuk rupanya. Kalau cuma jahe, kunyit, sih OK deh. Tapi lengkuas? Kapulaga? Bunga lawang? Minyak wijen? Makhluk apakah ituuuu? "Ini sengaja Papa beliin, resep2nya lengkap banget. Tinggal cari namanya aja terus dimasak deh. Beres kan?"30 Januari 2000, pertama kali menginjakkan kaki di apartment yang selama ini sudah ditempati suami. Dari pintu masuk, langsung ke ruang makan, lalu dapur, oops.. dapur..? OK lewat aja dulu, terus ruang baju, terus kamar di mezanine, terakhir ruang tamu dan jendela guedee banget. OK, kembali lagi ke dapur. Menyisir ruangan dengan cepat. Peralatan lumayan lengkap. Hmmm, di sini nih, daku mesti berjuang sampai titik darah penghabisan. Kompor listrik, keren. Dishwasher, keren. Rice cooker, pan, piring, gelas, de el el. Sip, senjata yang disediain cukup lengkap. Kulkas gede, tapi kosong. Berarti perjuangan pertama adalah membuat daftar belanja. Kebetulan hari itu hari Minggu. Yang aku masak pertama kali untuk sarapan adalah Indomie Kari Ayam. Hahaha. Kebetulan satu koper yang isinya Indomie, perbumbuan, dan makanan2 lainnya gak dibuka2 acan di L.A, jadi lumayanlah utk P3K alias Pertolongan Pertama Pada Kelaparan. Setelah sarapan, kami siap untuk belanja. Aku udah siap dengan kostum yang berlapis2 dan daftar belanjaan yang standar banget. Ayam, daging, dan telur. Selebihnya, liat nanti deh.. Ooops.. di luar ternyata salju lumayan deras turunnya. Jadi niat mau ke toko Turki yang jual bahan makanan halal itu terpaksa ditunda sampai sore. Kita belok ke arah supermarket di suburb untuk beli keperluan rumah dulu. Di sana aku sempet liat2 bagian bahan makanan, hmmm.. ayam, daging, juga lengkap. Tapi nggak ada logo halalnya. Tapi saya sempat ambil beberapa sayur standar, seperti wortel, slada, bayam dan tomat. Mau dimasak apa ya? Gak tau deh.. Masakan yang pertama saya masak waktu itu Sop dan Ayam goreng. Walau nggak ada daun seledri. Awalnya gak pede. Tapi hmmm.. not bad. Yang penting di lidahku udah enak, dan suamiku juga bilang enak. Hari pertama terlewati dengan sukses. Aku sampe tulis di diary lho. Karena dulu kan belum punya blog. Hehehe. Hari kedua masak opor daging pakai telur rebus. Santannya pakai yang model Kara. Bumbu2 masih lengkap. Sempat juga beli kunyit bubuk, jahe bubuk, dan bubuk2 lainnya. Berhubung kantor si Ayah gak jauh dari apt kami, jadi setiap makan siang dia pasti pulang ke rumah. Sekalian ngetest hasil dapur istrinya kali ya. Tapi bener lho, awalnya saya kikuk banget. Biasa jadi 'ratu' di rumah, yang apa2 dilayanin, sekarang apa2 harus ngurus sendiri plus ngurus suami pula! Jadi kegiatan pagi itu, bangun subuh, bikin sarapan pagi. Oh noo.. dulu saya rajin banget lho, sarapan pagi itu bubur ayam, atau beef burger (yang burgernya bikin sendiri), kadang bubur kacang ijo, atau sup ayam jagung. Lho, katanya gak bisa masak, kok sarapan aja macem2 gitu? Hihihihi. Rahasianya gini. Saya kan dikasih Calling Card sama suami saya untuk telpon2 ke Mama. Jadi kartu itu saya manfaatin banget deh. Jam 8 pagi teng, suami saya berangkat kerja, beberapa detik kemudian saya udah dial nomer telpon rumah Mama. Jadi Mama hafal banget, kalau jam 8 malam ada dering telpon, itu pasti dari aku. Hahaha.. Calling Mama.. calling Mama! Bukannya nanya apa kabar atau pertanyaan basi lainnya. Yang pertama kali ditanya adalah, "Maa.. bumbu sup jagung apa aja?" Atau, "bikin bubur kacang ijo gimana caranya?" Atau, "Pengen bakwan nih, ajarin dari awal sampe akhir!" Dengan tangan sibuk mencatat di kertas2 kecil. Buku resep dari Papa nggak laku. Abis males mesti baca2 dulu, enakan sambil nanya langsung, bisa langsung masuk ke otak, plek, sambil dibayangin, jreng, jadi deh... catatan dapurku! Terus langsung dipraktekkin untuk hari itu. Jadi dalam sehari aku tanya minimal 3 resep. Sarapan dan makan siang 2-3 menu. Cukup. Begitu setiap hari. Sampai semua resep sehari2 Mama pindah ke buku catatanku. Hihihi. Ada kejadian lucu pas mau masak Semur Daging, Sosis dan Telur. Ceritanya semua bahan udah lengkap. Air direbus sampe mendidih. Masukkan potongan daging. Rebus sampe empuk. Terus aku masukkin deh itu tumisan bawang merah dan putih, ama garam, merica, tomat, dan kecap. Udah mateng! Udah wangi memenuhi seisi kamarku. Wah enak banget nih. 10 menit lagi suamiku pulang untuk makan siang. Aku icipin sekali lagi, hmmmm.. enak, tapi masih kurang merica dikit. Aku masukkin lagi itu bubuk merica. Buka tutupnya, terus diketuk2 dikit biar keluar dari lubang-lubangnya. Dan... Plung! Itu tutupnya yang berlubang2 itu tiba2 terbuka, dan satu botol merica bubuk masuk semua. HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!! Nangiiiiis! Ya ampuuuun.. bagaimana iniiiiiiii?? Masakanku yang sudah membelai-belai lidah jadi hancur berantakan. Gak sempet mikir panjang. Cuma satu jalan keluar, aku buang airnya, aku cuci lagi daging, sosis dan telurnya. Bikin bumbu dari awal lagi. Mo nangis darah gak seeeeeeeeh?? Untung pas banget. Pas suami datang, semurnya juga udah siap lagi. Nggak keliatan ada tanda-tanda bekas kecelakaan di dapur atau sembab di mata. Hehehe. bersambung dulu ya, Jek. keterangan: *) Merk meja gambar Bunda dulu. **) Merk mixer Bunda sekarang. posted by on
10:18 PM
| ||
Waktu itu aku di kos mbikinin nasgor buat Masanuituyangitutuh, keasinan. Hihihihi..... 9:35 AM
jadi inget dulu waktu awal belajar masak.
dulu disuruh-suruh masak, gak pernah mau.
sekalinya dpt resep yg okeh udah beli bahan, tiba2 pas masuk dapur kena virus malezz ;p
setelah ibuku gak ada, baru skrg bener2 nyemplung ke dapur.
temen2ku juga pada nanya tuh gimana sih awalnya bisa masak.
awalnya gara2 kepengen bangettt mkn brokus, krn gak ada yg bisa dititipin utk beli ke bandung jadi lah aku ber-google ria & i found it in your blog :)
dari situ jadi sakaw deh memperbudak si modena hahahaha :D (aih bahasanya ;P)
jadi ceritanya mesti kepepet dulu ya baru bisa masak hahahaha.. :D 9:49 AM
ooo, jadi gitu ya Nong tips supaya pinter masak...
harus demu si Mas-itu-tuh-ada-deeh hahahahha 12:02 PM
ohh karena si Mas-itu-tuh-ada-deeh yang bikin kamu jago masak toh.
yang kemaren malem minggu makan kroket malem2 berdwa yahh.... *wink-wink*... hihihihih.... 12:39 PM
Waaah.. Mas-itu-tuh-ada-deeh bukan si Ayah lageeee... 12:42 PM
he he...aku juga dulu kalo disuruh masak bikinnya supermie rebus doang. Tapi sekarang Inong lebih jagoan lho dari aku. Heibat...negara paman Sam membikin Inong jadi pintar masak dan bikin kue. Inong, itu Wawa koq seperti nama temanku yang tinggal disana? Dia dulu dari IPB ya? Kalo iya, mungkin temanku yang tinggal disana 12:44 PM
Teh Inong terusin ceritana cepet2nya, biar lebih terinspirasi belajar masakna abi teh hehehe. BTW pas bikin tekwan dulu tea, ternyata lumayan kata orang Palembang teh hehehe, nuhun nyak 1:24 PM
Bundaaaa... ini crita yg paling aku tunggu2 :). Very inspiring. Berarti spti kata orang tua dulu ya bun, dimana ada kemauan disitu ada jalan ;P 1:34 PM
Masa sih???? Bisa jadi kalee ya, soalnya saya juga baru mulai belajar masak setelah nikah, suami sebenernya gak pernah maksa saya harus bisa masak, tapi gara2 ibu mertua saya pernah negur dgn kata2 yg lumayan 'dalem', jadi wae sy termotivasi unt belajar..... akhirnya...hehehe.... 4:38 PM
oh gitu to mbak ceritanya...
kalo kau mbak, dibilang sudah bisa masak ya bisa dikit, meski gak semahir mbak inong, tapi kalau aku lagi dirumah orangtua aku mending pilih bagian cuci piring aja, soalnya entar gak cocok, gak pede aja pokok nya... 4:45 PM
Ternyata.....gak disangka ya Nong. Beneran loh, sebelumnya aku nyangka Inong itu lulusan Boga-juga...
Sok atuh, kapan saya boleh nyicipin hasil keraianan tangan bundanya Zidan syifa ? 5:09 PM
Oooow ternyata bisa juga bisa masak dalam waktu cepat ya.... Ga nyangka deh ceritanya seperti itu. Brarti aku bisa masak juga asal punya tekad dan rasa ya... he...he... Masalahnya setiap nyobain masak makanan baru orang rumah kok ga makan ya. Hi...hi...
Waktu awal nikah dan tinggal di rumah sendiri. Pembokat baru bekeja dan ga bisa masak pulak. Aku coba2 bikin sop pake ketumbar. He....he.... 8:57 PM
Aaahhh Bunda, pake acara bersambung pula...penasaran tauuuu....awas yaa kalo gak silanjutin..besok gw samperin lho.. :-D 9:36 PM
Hah? Gag nyangka...
Masak sih teh? Kyknya aku ngebet mo nelpon hih..mau tau seri selanjutnya hihihi...
Ditunggu loh sambungannya..=) 11:09 PM
hehehe sama nih sama aku. sejak disini, my mom bangga and kaget. cerita ke orang2x, dian sekarang bisa masak heheehe 12:44 AM
bun, jago masak itu kalau udah kepepet-kah atau hobby? kalau tanteku jelas karena kepepet..bun.., kalau aku apa yaa..?, mau masak aja pake mood dulu.. :D 2:16 AM
alah bisa krn terpaksa ya bun ;-)
klo aku apa ya ... blm kepaksa kali yeee hihihih ... 7:57 AM
lo teh inong teh pernah di negeri paman sam?
terus skr di spore kan??
cerita teh inong mirip2 deh..dulu dayang2 siap membantu. Sekarang ga masak berarti ga makan..jadilah resep teh inong aku print dengan rapi hehehe 8:59 AM
wah ternyata..
berarti someday aku bisa juga ya kaya teh inong, jago masak... bikin keluarga tambah gendut2.
hehe, asal niat dan rajin ya teh. 9:57 AM
Bun, musti makasih tuh sama Mas-itu-tuh-ada-deeh...training ptama kan hihi. btw, aku tau bgt rasanya dah bikin masakan enak2 taunya ada kecelakaan diakhir pembuatan (halah). wkt itu aku pernah bikin satu masakan yg pas trakhir aku mo masukin tepung terigu. pas dah dimasukin, kan mustinya kentel...ini gak. jd aja aku tambahin trs. lama2 baru sadar, yg aku masukin tuh GULA HALUS yg emang kemasannya mirip bgt...huaaaaaa 4:29 PM
Aku juga bisa masak karena terpaksa, karena harus masakin suami dan anak2. Tapi kok ndak bisa se mahir Inong ya.. apa karena aku ndak kenal sama si Mas-itu-tuh-ada-deeh...? He..he.. 7:48 PM
Hihihi..kalau aku malah aku yang diajarin masak Ayam percik ala Malaysia sama abang-yang-itu-tuh..:-)) Hihihihi..jangan bilang-bilang Bapaknya Shafiya ya! ;)
Bener Mbak Inong..kalau kepaksa..baru deh...segala kemampuan kita keluar ;))
Dulu pas di Brisbane..jadi bisa masak pempek, siomay, kroket,bakso...eh...nyampe sini dah hilang deh semua kemampuanku..
Abis..disini (indo) tinggal manggil tukang jajanan yang lewat :D
Bunda Shafiya
http://keluargazulkarnain.blogspot.com 9:18 PM
wah bunda inong pernah di sini toh dulu, coba masih di sini yaa..kali aja kan bisa kirim kirim masakan ke saya..huehehe... 7:47 AM
waaaa..... bisa karena terpaksa ya teh? tapi hebat aja, jadinya malah bisa masak segalanya :) TOP pisan la...
hihihi...itu tragedi mericanya, ampun deh, untung wee masih bisa diselamatkan didetik2 terakhir :) 9:31 AM
bhuakakakaka...sorry yah nong... tapi aku ampe ketawa pas baca bagian semur yg ketumpahan merica... pas baca sekalian ngebayangin... :p 11:35 AM
Wakakakakakkkk..
ngga nyangkaa deh ternyata gitu toh perjuangannya sampe sekarang bisa jadi Master of Cooking...
Hihihi, untung teteh mah cepet ambil keputusan harus digimanain semur mericannya itu, kalo ngga, si ayah ikut2an nangis soalnya kelaperan hahahaha 1:44 PM
waduhhhh mastah...terima kasih ceritanya membuatku lebih semangat untuk menjadi cookie mastah eh cooking mastah begituhhh
teh silakan bongkar tasnya dapat lemparan dari aku hahahhahaha 4:09 PM
berarti nanti sayah juga bisa pinter masak kayak teh inong yak? *ngarep* hehehe... (ya kalo ngarep doang tanpa dicoba sih, ga bakalan bisa.. *yaaah..*) very inspiring nih, teh, posting-nya.. 8:20 PM
kakkakkak....sama, nong. aku juga minggu lalu kebuka tuh tutup plastik bolong2x. nyemplung semua mericanya ! untung masih numpuk. so, aku ciduka ja yg tumpukan merica 1:41 AM
ahh..ceritamu lucu sekali deh Nong & memang begitulah adanya. saya dulu juga bisa masaknya setelah kawin. tiap mau masak telfon mama juga hahaha... tapi terus minta mama nulisin di satu buku resep2nya dia, biar gak ilang. nah sekarang udah siap mau masak apa :D 6:23 AM
Post a Comment
<< Home